Sunday, February 17, 2008

Surat Mengubah Sejarah Antara Dua Tokoh ke-3.

New York, 8 Maret 1961
Maulana Maududi yth
Saya terima surat anda tertanggal 25 Februari 1961 yang membuat saya sangat bahagia, karena saya dapatkan jawaban yang terperinci dan bijaksana tentang berbagai hal yang sudah lama saya timbang-tunbang dengan serius sejak dalam pikiran saya.
Bersama ini saya sertakan esai-foto dari majalah Look tentang mode mutakhir pakaian wanita. Bagi saya hal itu amat menjijikkan dan saya tolak mentah-mentah. Lebih baik mati daripada saya tampak mengenakannya. Tujuan para perancang mode di Amerika dan Eropa dalam membuat berbagai rancangan adalah untuk membuat wanita Barat-modern tampak seperti pelacur. Pelacur-pelacur sekalipun tidak melakukan hal seekstrim yang dilakukan oleh mereka yang disebut-sebut sebagai wanita "terhormat". Oscar Wilde menyatakan kebenaran tatkala berbicara bahwa mode adalah sesuatu yang sangat buruk, ia harus diubah tiap enam bulan. Salah satu fungsi pakaian adalah tentunya untuk kesopanan. Seperti yang anda saksikan dalam gambar tersebut, mode Barat-modern untuk wanita itu dirancang secara khusus untuk seks yang dikomersilkan.


Upaya paling pertama yang saya lakukan setelah memeluk Islam dan melakukan shalat adalah melabuhkan pakaian-pakaian saya. Keluarga saya terkejut ketika melihat saya berpakaian labuh sampai menyentuh mata kaki, sementara waktu itu para wanita berpakaian pendek sampai lutut.

Di majalah-majalah populer Amerika dilancarkan propaganda yang gencar tentang meningkatnya "emansipasi" di kalangan wanita di negara-negara Islam, tentu saja sebagai dampak dari pendidikan Barat dan pengaruh media-massa. Walaupun saya yakin bahwa setiap wanita mesti dididik agar boleh memanfaatkan sepenuhnya kapasitas intelektualnya, namun tetap saya persoalkan keuntungan menganjurkan perempuan bekerja di luar rumah (lebih-lebih bagi mereka yang mempunyai anak kecil), untuk berlomba dengan lelaki di pejabat-pejabat dan kilang-kilang sambil menyerahkan asuhan anak-anak mereka kepada taman kanak-kanak dan taski.

Beginilah yang benar-benar terjadi di Sovyet Union dan Cina Komunis; negara-negara yang para penguasanya menggunakan "emansipasi" wanita dengan sengaja untuk menghancurkan keluarga. Dalam tingkat yang lebih ringan, situasi seperti ini terjadi pula di negara saya.

Cerita anda tentang Muhammad Assad dalam surat yang lalu membuat hati saya terguncang dan sedih. Tidak pernah saya menaruh rasa curiga, bahwa dari tulisan-tulisannya yang terakhir, maupun dari surat-suratnya kepada saya, bahwa ia bukan orang muslim yang kukuh dan taat. Tidak boleh saya lupakan tulisannya yang luar biasa dalam bukunya Islam at the Cross-road (Islam di Simpang Jalan), tentang perlunya orang Islam mengikuti al-Qur'an dan Sunnah dengan ketat bila diharapkan Islam boleh bertahan dan berkembang. Argumentasi-argumentasinya tentang Islam sungguh sangat nyata. Selain karena kesulitan keuangannya sebagaimana yang anda ceritakan, saya tak habis pikir mengapa pikirannya dapat berubah seperti itu. Saya berdoa kepada Allah agar hal yang serupa tidak menimpa diri saya.

Dapatkah anda terangkan secara terperinci tentang program-program yang anda gariskan untuk Universitas Islam Raja lbnu Saud yang baru? Semula saya perkirakan bahwa universitas tersebut akan menganut model dan pola al-Azhar. Tetapi beberapa hari yang lalu saya baca artikel yang mengatakan bahwa universitas yang direncanakan tersebut pada pokoknya bersifat sekular dan berpola Barat, dengan studi Islam hanya merupakan bagian kecil saja daripada kurikulum.

Artikel yang sama juga menguraikan rencana Raja Ibnu Saud untuk mengadakan pembangunan kembali kota Makkah dan Madinah. Walaupun saya tahu bahwa banyak bangunan-bangunan kuno di kota suci tersebut telah usang dan sangat memerlukan perbaikan, saya hanya berharap agar bangunan-bangunan yang baru akan disesuaikan dengan arsitektur Islam, karena seluruh suasana di tempat itu akan rusak-binasa bila mereka meniru model-model ultra modern itu.

Saya sendiri tidak menyukai arsitektur modern karena ia bertentangan dengan kriteria-kriteria keindahan, simetri, keanggungan dan kehangatan. Setiap kali saya kunjungi markas besar PBB (contoh bangunan modern yang menonjol), saya seolah-olah terpukul oleh kesuraman, kegersangan dan kedinginan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi itu yang nampak tidak lebih daripada kotak-kotak raksasa berjendela kaca.
Saya pikir arsitektur kontemporer yang menjadikan kota-kota kita berwajah lebih buruk setiap hari itu adalah pantulan yang sempurna dari penolakan seluruh nilai-nilai rohani oleh para perancangnya, Kota Makkah Madinah jauh lebih baik tetap tua dan bahkan bobrok daripada meniru kota-kota modern.

Walau sedikitpun saya tidak tahu tentang Islamic Centre di Montreal sampai anda menceritakannya pada surat yang baru lalu, namun sejak selesai dibangunkan tahun 1957, saya selalu melakukan kontak dengan Masjid Washington. Musim panas yang lalu saya melakukan perjalanan ke Washington hanya untuk melihatnya, berbicara serta bertukar pikiran dengan direkturnya, Dr. Mahmud F. Hoballah, yang seperti halnya Dr. Syoreibah adalah lulusan universitas al-Azhar.

Masjid Washington dibangun secara serasi dan sesuai dengan arsitektur Islam tradisional, seindah masijid-masjid lain di tempat lain di dunia ini. Satu hal yang membuat saya bersedih adalah bahwa penguasa Washington tidak mengizinkan dikumandangkannya azan lewat menara, dengan pertimbangan akan menganggu daerah non-muslim dan mereka menganggapnya sebagai gangguan umum. Mesjid hanya dipakai untuk shalat Jum'at. Sepanjang pengamatan saya, jumlah jemaah yang mengunjungi masjid itu hampir mendekati kosong.

Tahukah anda akan adanya kampen menentang puasa bulan Ramadan yang dilancarkan oleh Presiden Tunisia, Habib Borguiba? Dia mengeluarkan pernyataan bahwa puasa berbahaya bagi kesehatan dan puasa bertanggung jawab terhadap kemunduran-kemunduran ekonomi Tunisia, karena produksi industri mengalami penurunan selama Bulan Puasa. Adapun orang yang memaksakan untuk melaksanakan ibadah puasa difitnah sebagai "reaksioner".
Target utama gigitan berbisa dari Presiden Habib Borguiba ditujukan kepada Rektor Universitas Zaitunah, universitas yang selama beberapa abad merupakan pusat pendidikan Islam di Afrika Utara. Saya telah baca dari surat kabar bahwa setiap mendekati Bulan Puasa di Sovyet Union kaum komunis memperhebat propagandanya melawan Islam. Propaganda komunis yang ditujukan untuk konsumsi dalam negeri ini tidak pernah lupa menekankan kehancuran ekonomi akibat Puasa Ramadhan, dengan alasan bahwa pekerja pabrik atau petani akan kehabisan tenaga disebabkan puasanya.

Alasan lain adalah bahwa orang Islam yang berhenti bekerja untuk melaksanakan shalat dianggap telah melakukan penbaykotan terhadap produktifitas nasional. Walaupun Habib Borguiba dianggap sebagai sahabat karib demokrasi Barat, namun dia sama sekali memakai taktik-taktik yang sama dalam menentang Ibadah Puasa Ramadhan.

Kenalkah anda dengan orientalis Dr. Wilfred Cantwell Smith, direktur Institute of Islamic Studies, McGill University di Montreal? Bila kenal, pernahkah anda baca bukunya Islam in Modern History (Islam dalam Sejarah Modern) yang temanya bahwa Islam yang disampaikan dan diamalkan oleh Rasulullah saw kepada alam sebagai "ketinggalan zaman", dan mestinya menerima sekularisasi dan modernisasi bila diinginkan agar Islam tetap bertahan di masa depan? Dalam bab tentang Pakistan, dia mengatakan tentang anda sebagai berikut:

"... Maududi hendak menampilkan Islam sebagai suatu sistem, yang dahulu kala memberi satu himpunan-jawab terhadap masalah-masalah kemanusiaan, dan bukannya suatu keyakinan yang di dalamnya Tuhan memberi karunia tiap hari-baru dengan kekayaan yang boleh menjawab masalah itu sendiri ... Kecenderungan-kecenderungan modern akan memandang sistem Maududi ini sebagai ketinggalan zaman, sempit, ketetapan-ketetapan dan bentuknya terlalu tegar untuk boleh menampilkan imperatif-imperatif tersebut bagi masa kini, dan hendak mencari kebenaran Islam lebih banyak dalam bidang nilai, dinamika dan semangat ... Lebih jauh lagi, dinilai dari pemaparan Maududi sendiri, akan tampak bahwa ia bertujuan untuk melaksanakan sistemnya di Pakistan bila ia dapat memperjuangkan kelompoknya untuk menduduki kekuasaan. Juga dalam bentuk sistematis yang keras, Maududi menunjukkan kecilnya perhatian, baik bagi kesejahteraan manusia umumnya maupun pribadi-pribadi yang akan hidup di bawah kekuasaannya. Ideologinya tampak hanya memberikan sedikit kelonggaran bagi harapan-harapan dan ketulusan rakyat ataupun untuk kecenderungan yang oleh para penguasa sudah sering ditunjukkan lewat sejarah manusia untuk menyimpangkan skema yang paling baik sekalipun oleh penyimpangan individu ... Pergerakan Maududi merupakan kompromi dan adaptasi antara sejarah Islam belakangan dengan tuntutan kehidupan modern yang ia sarikan bagi pola statiknya, dan bukannya suatu pandangan kreatif."

Karena saya tahu bahwa bila surat ini sampai di tangan anda nanti, anda betul-betul sangat sibuk dengan persiapan perjalanan ke Afrika, maka saya tidak mengharapkan jawaban anda sampai anda kembali berada di Lahore lagi akhir Mei nanti.
Sahabat anda yang tulus,

Margaret Marcus
Lahore, 1 April 1961

Surat jawapan Maulana Maududi.

Cik Marcus yth

Assalamu'alaikum warahmatullah,

Surat anda tertanggal 8 Maret 1961 telah sampai di sini dengan segera, tetapi tidak dapat saya balas lebih cepat karena kesehatan saya terganggu. Sejak pertengahan Ramadan saya menderita nyeri yang amat sangat lagi terus menerus di bahu kanan saya. Pengobatan yang diberikan sejauh ini belum boleh menyembuhkannya. Akhirnya, dokter menasehatkan agar saya diberi penyinaran sinar X yang kuat.

Telah saya baca surat anda dengan penuh rasa tertarik. Gambar pakaian wanita Amerika yang anda kirimkan itu bukan berita baru bagi saya. Telah sering kami lihat wanita Eropa dan Amerika di Lahore mengenakan pakaian dengan mode serupa. Saya telah melihat wanita Arab di Kairo, Beirut dan Damaskus yang berkeliaran dengan pakaian yang sama. Sungguh tidak dapat saya bayangkan bagaimana seorang wanita yang punya rasa kesopanan boleh berpakaian seperti itu, walaupun di antara keluarga terdekatnya sekalipun, apalagi di luar rumah!

Saya benar-benar berbahagia mengetahui betapa anda memandang rendah terhadap bentuk pakaian seperti ini. Jika anda boleh belajar bahasa Arab atau Urdu dan belajar secara langsung perintah-perintah terperinci Nabi Muhammad saw berkenaan dengan wanita, saya berharap, akan anda dapati hal tersebut sangat sesuai dengan sifat kewanitaan sejati.
Peranan sosial yang harus dimainkan oleh wanita Barat itu bukanlah merupakan "emansipasi" yang sebenarnya, tetapi merupakan perbuatan yang tidak wajar dan perbudakan. Sebagai hasil dari propaganda yang salah dan menyesatkan ini, kaum wanita mencoba untuk membuang sifat kewanitaan mereka sendiri. Mereka pikir, menduduki tempatnya yang alami dalam kehidupan dan melaksanakan tugas-tugas yang dikenakan oleh alam akan memerosotkan diri mereka. Mereka malah mengejar kehormatan dengan upaya-upaya kelaki-lakian.

Peradaban Barat telah terbukti berlaku sangat kejam terhadap kewanitaannya. Di satu pihak ia menuntut agar wanita menduduki kodratnya sebagai wanita, tapi di pihak lain peradaban ini mengajak mereka untuk menduduki dan mengerjakan berbagai pekerjaan kaum pria.

Dengan demikian, wanita diletakkan persis di antara dua batu gerinda. Lagi pula, propaganda seperti ini telah memikat kaum wanita, sehingga mereka merasa harus membuat diri mereka lebih menarik bagi lawan jenisnya. Dengan demikian mereka telah memperkosa kesopanan mereka dengan mengenakan pakaian yang minimam atau bahkan telanjang. Mereka telah dijelmakan menjadi barang mainan di tangan kaum lelaki.
Islam telah membuktikan diri sebagai penyelamat kaum wanita, dengan mengikatkan setiap wanita kepada seorang laki-laki dan memerdekakannya dari semua laki-laki lain. Islam memberikan nilai yang tinggi bagi kegiatan-kegiatan yang dikaruniakan oleh alam kepada kaum wanita. Peradaban Barat, di lain pihak, telah menjadikan kaum wanita sebagai budak banyak kaum lelaki dan melekatkan pengertian yang salah dengan menganggap seluruh tugas yang seharusnya cocok untuk kaum wanita sebagai memalukan.
Keterangan anda tentang Universitas Islam Madinah itu tidak benar. Kurikulum yang saya ajukan dan telah disetujui oleh panitia yang ditunjuk oleh Raja terdiri dari pengajaran al-Qur'an, Fikih, Ilmu Kalam dan Sejarah Islam yang dikombinasikan dengan Filsafat Barat, Ilmu Hukum, Sejarah, Ekonomi, Politik dan Perbandingan Agama, ditambah satu bahasa Barat: Perancis, Inggris atau Jerman sebagai pilihan wajib. Pendidikan yang wujudnya seperti ini tidak boleh dikatakan "sekular" ataupun agamis dalam arti sempit masing masing istilah tersebut.

Kami menghendaki agar Universitas ini betul-betul berbeda dari sekolah-sekolah modern atau madrasah model lama dan mempunyai kedudukan yang sama sekali unik. Ingin kami cetak sarjana-sarjana muslim yang benar-benar memahami ajaran Islam yang dikombinasikan dengan pengetahuan modern, sehingga mereka akan berkompeten untuk menerapkan nilai-nilai pokok Ajaran Islam kepada masalah kehidupan masa kini.
Seperti negara-negara Islam yang lain, Saudi Arabia saat ini merupakan ajong perbentukan dua peradaban yang saling bertentangan. Penemuan minyak telah memberikan kekayaan yang tidak terimpikan dan melimpah ruah. Akhirnya, pintu air penahan peradaban Barat telah terbuka lebar. Riyadh modern saat ini sedang tumbuh sebagai tiruan dari ibukota negara-negara Barat di padang pasir Arab, demikian pula kota-kota Dhahran dan Jeddah. Bahkan Makkah dan Madinah pun sedang dalam proses "pemodernan".
Pada saat kritis seperti ini, bila kita gagal menghasilkan sarjana kelas wahid yang dapat membekali negara Arab dengan kepemimpinan intelektual dan praktis yang diperlukan, saya khawatir tempat suci Islam ini akan disapu bersih oleh gelombang kebudayaan materialistik yang telah menimpakan malapetaka di Turki. Dan sekarang, Mesir, Tunisia, Maroko, Indonesia dan Pakistan sedang menderita genggaman mautnya. Saya pikir, tugas utama kita adalah menyelamatkan pusat Islam dari bahaya yang terus meningkat ini.

Presiden Tunisia, Habib Bourguiba dengan taat kini mengikuti Mustafa Kemal Ataturk. Kesemua orang ini yang ingin disebut sebagai pemimpin Islam modern ini telah melakukan pengkhianatan terhadap Islam secara besar-besaran di negerinya masing-masing. Ketika mereka lancarkan perjuangan untuk mengusir penjajah Barat, mereka bujuk orang atas nama Islam. Tetapi segera setelah mereka pegang kekuasaan, mereka anggap agama sebagai kambing hitam "kemunduran" bangsa. Dengan tanpa ampun mereka padamkan segala pewujudan pemikiran dan kebudayaan Islam. Orang-orang seperti itulah produk imperialisme. Mereka tak punya pengetahuan ataupun penghargaan terhadap Islam. Mereka dididik dan dibesarkan di Inggris, Perancis atau negara Eropa yang lain.

Banyak di antara mereka yang menikah dengan wanita barat (isteri Bourguiba orang Perancis). Mereka benar-benar merupakan prototip masyarakat Barat dalam perilaku dan kehidupan sehari-hari. Umat Islam harus menerima kepemimpinan mereka agar dapat memenangkan kebebasan politik mereka dan kini pemimpin-pemimpin yang di-eropa-kan ini berusaha melenyapkan sisa-sisa terakhir peradaban Islam dari negeri mereka demi mengamankan dan memperkuat kekuasaan politik mereka.

Dr. Wilfred Cantwell Smith pernah bertemu muka dengan saya di tahun 1958 ketika dia menghadiahkan saya sebuah salinan pelengkap dari buku yang anda sebutkan dalam surat yang lalu. Orang-orang ini tidak berhasil membuat Islam Baru untuk kita. Sia-sia mereka berharap agar kita meninggalkan Islam yang benar dari Qur'an dan Sunnah untuk menerima model yang mereka ciptakan. Mereka tidak sadar bahwa semua usaha mereka ditakdirkan akan gagal. Seorang muslim harus tetap menjadi muslim dalam bentuknya yang murni, dan Allah melarangnya untuk menyeleweng dari sumber Islam yang murni. Sebab itu, mestilah ia pilih jalan tengah antara keduanya, dan kesempatan-kesempatan untuk mempertahankan kelangsungan hidup Islam seperti ini sangatlah suram.

Saya heran melihat ketololan penguasa-penguasa Barat. Di satu pihak mereka ingin agar orang Islam menghajar Komunis karena mereka ateis, tetapi di lain pihak mereka anggap Islam sebagai ancaman. Karena itu mereka berusaha melakukan de-lslamisasi orang-orang Islam dan menggalakkan segala bentuk bid 'ah dan kemurtadan. Alangkah kasihannya orang-orang yang tidak mengerti akibat ketololan mereka ini. Mereka selalu mendorong unsur-unsur yang terus menyusupkan nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam ke dalam negara Islam, dan tak pernah lelah mengutuk orang-orang yang berjuang untuk mempertahankan ruh Islam dan mernfitnahnya sebagai "reaksioner" dan "fanatik". Tak puas dengan kecaman-kecaman seperti itu, mereka jadikan pemimpin modern sebagai alat untuk memojokkan orang Islam yang selalu berjuang demi kebangunan Islam. Hanya Tuhanlah yang tahu apa yang akhirnya akan terjadi akibat sikap yang tidak bijak lagi sesat dari orang-orang Barat pengkritik itu.

Dr. Wilfred Cantwell Smith dan rekanan-rekanannya di kalangan kita mesti yakin bahwa majoriti orang Islam samasekali tak akan mungkin menerima dan mempercayai "Islam" versi baru ini sebagai ajaran yang murni. Syukur kepada Allah, bahwa sumber Islam yang murni al-Qur'an dan Sunnah masih tetap asli perawan dan tidak tercampur. Selama masih ada seorang muslim yang dapat menggunakan sumber-sumber asli ini, maka tak akan ada terbitan palsu yang boleh beredar luas dan dipakai di kalangan umat Islam. Perjalanan saya ke Benua Afrika mungkin akan tertunda sampai bulan Juli, karena kesehatan saya tidak memungkinkan untuk bepergian. Lagi pula, teman Afrika saya menganggap bahwa perjalanan saya akan lebih bermanfaat bila kerusuhan akibat pemilihan umum di Kenya telah reda dan ketenangan politik telah pulih kembali.

Teriring salam dan segala harapan,
Abul A'la

No comments: