Monday, March 24, 2008

Bertaubat dari Munafik

Oleh Dr. Yusuf Al Qardhawi

Sebagaimana Allah SWT juga mengajak untuk bertaubat dari kekafiran yang zhahir dan terang-terangan, Allah SWT juga mengajak untuk bertaubat dari kekafiran yang tersembunyi, yang ditutupi dengan keimanan lisan. Yaitu yang terkenal dengan nama "kemunafikan" dan orangnya adalah kaum "munafiqin".


Yaitu mereka yang berkata:
"Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sabar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya." (QS. al Baqarah: 8-10).

Taubat dari kemunafikan ini adalah tidak sekadar mengungkapkan dan memberitahukan keisalamannya. Karena sebelumnya ia memang telah Islam. Namun, yang patut ia lakukan adalah agar ia bersifat dengan empat sifat yang disebutkan dalam surah an-Nisa. Setelah Al Quran membongkar sifat asli mereka, dan apa yang tersembunyi dalam diri mereka: yaitu mereka memberikan sokongan mereka kepada kaum kafirin, bukan kaum mu'minin, serta mereka mencari kemuliaan dari kaum kafirin itu:

"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Apakah mereka mencari kekuatan di samping orang-orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah." (QS. an-Nisa: 138-139).

Serta mereka selalu mencari kelemahan kaum mu'minin, dan berada di tengah-tengah antara kaum mu'minin dan kaum kafirin untuk mencari keuntungan.
"(Yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mu'min). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: 'Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." (QS. an-Nisa: 141).

Juga dari tindakan mereka mempermainkan dan menipu Allah dan Rasul-Nya, dan mereka malas menjalankan kewajiban-kewajiban agama dan lalai dari berdzikir kepada Allah SWT:

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan Shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah , maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya." (QS. an-Nisa: 142-143).

Setelah Allah SWT membongkar sifat-sifat orang-orang munafik, namun Allah SWT tidak menutup pintu bagi mereka. Namun malah membukakan pintu taubat dengan syarat-syaratnya. Seperti firman Allah SWT:

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar."( QS. An-Nisa: 145-146.)

Di antara tanda-tanda sempurnanya taubat mereka adalah mereka memperbaiki apa yang dirusak oleh sifat munafik mereka. Serta agar mereka hanya berpegang pada Allah SWT saja bukan kepada manusia. Dan dengan ikhlas beribadah kepada Allah SWT, hingga Allah SWT mengikhlaskan mereka untuk agama-Nya. Dengan itu, mereka bergabung ke dalam barisan kaum mu'minin yang jujur.

Dalam surah lain, Allah SWT berfirman:
"Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir setelah Islam, dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi." (QS.at-Taubah: 74)

Taubat dari Dosa-dosa Besar

Sebagaimana Al Quran menyebutkan taubat dari kemusyrikan dan kemunafikan, Allah SWT juga menyebutkan taubat dari dosa-dosa besar. Seperti membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT kecuali dengan haknya. Juga zina yang Allah SWT cap sebagai jalan yang buruk dan kotor. Dan al Quran menggolongkan kedua perbuatan dosa besar ini dalam kelompok dosa yang paling besar setelah syirik. Allah SWT berfirman tentang sifat ibadurrahman.

"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al Furqan: 68-70).

Tampak banyak ayat-ayat berbicara tentang iman setelah taubat, dan menyambung antara keduanya. Seperti terdapat dalam ayat ini. Firman Allah SWT:

"Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung." (QS. al Qashash: 67).

Serta firman Allah SWT setelah menyebutkan beberapa Rasul-Nya dan nabi-nabi-Nya serta para pengikut mereka yang saleh, yang apabila dibacakan kepada mereka ayat Al Quran mereka segera tunduk sujud dan menangis. Kemudian Allah SWT berfirman:

"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun." (QS. Maryam: 59-60)

Dan seperti dalam firman Allah SWT:

"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat , beriman , beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar." (QS. Thahaa: 82)

Apa rahasia penggabungan ini, yaitu pengggabungan antara iman dengan taubat? Yang dapat aku tangkap, keimanan akan mengalami kerusakan ketika seseorang melakukan dosa besar. Hingga sebagian hadits menafikan keimanan itu dari orang-orang yang melakukan dosa besar ketika mereka melakukannya. Seperti dalam hadits Bukari Muslim dari Nabi Saw beliau bersabda:

"Tidaklah berzina orang yang berzina dan saat itu ia mu'min, dan tidak meminum khamar orang yang meminumnya dan saat itu ia mu'min, dan tidak pula mencuri orang yang mencuri dan saat itu ia mu'min".

Oleh karena itu, taubat adalah reparasi dan penyembuhan bagi keimanan yang mengalami kerusakan itu.


[Read more...]

Friday, March 14, 2008

Berdosa jika tidak bertaubat.

Orang yang tidak Bertaubat adalah Orang yang Zhalim

Oleh Dr Yusuf Al Qardhawi

Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita -wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita yang lain (karena) boleh Jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk pangggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS .Al Hujurat: 11)


Setelah Allah SWT melarang kaum mu'minin untuk mencela seorang muslim --baik ia laki-laki atau perempuan-- serta mengejeknya dengan ucapan yang menyakitkan atau membuatnya susah; dan al-Quran menganggap orang yang mengejek sesama muslim sebagai orang yang mengejek dirinya sendiri, karena kaum muslimin adalah seperti satu tubuh; Al-Quran juga melarang untuk saling panggil memanggil dengan panggilan yang buruk yang tidak disenangi orang. Perbuatan itu semua akan memindahkan manusia dari derajat keimanan ke derajat kefasikan. Dari seorang mu'min menjadi seorang fasik, dan nama yang paling buruk setelah keimanan adalah kefasikan itu.

Kemudian Allah SWT berfirman:

"Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim". Ini adalah dalil akan kewajiban bertaubat. Karena jika ia tidak bertaubat maka ia akan menjadi orang-orang zhalim. Dan orang-orang yang zhalim tidak akan beruntung. "Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung." (QS. Yusuf: 23)

Juga tidak dicintai Allah SWT:
"Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim."( QS. Ali 'Imran: 57). Serta mereka tidak mendapatkan petunjuk dari Allah SWT:

"Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al Maidah: 51). Dan mereka juga tidak selamat dari api neraka:

"Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut." (QS. Maryam: 71-72.).

Ayat-ayat yang lain:

Di antara ayata-yat Al Quran yang mengajak kepada taubat dan menganjurkannya, serta menjelaskan keutamaannya dan buahnya adalah firman Allah SWT:

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222).

Mengajak Kaum Musyrikin dan Kaum Kafir untuk Bertaubat. Di antara ayat-ayat Al Quran ada yang mengajak kaum musyrikin untuk bertaubat, serta membukan pintu bagi mereka untuk bergabung dalam masyarakat muslim, serta menjadi saudara seiman mereka.

Seperti firman Allah SWT dalam surah at-Taubah setelah memerintahkan untuk memerangi kaum musyrikin yang melanggar perjanjian damai:

"Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. at-Taubah: 5). "Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama." (QS. At-Taubah: 11)

Al Quran juga mengajak orang-orang Kristen untuk bertaubat dari perkataan mereka tentang ketuhanan al Masih atau ia sebagai satu dari tiga tuhan! Sedangkan ia sebetulnya hanyalah seorang hamba Allah. Dan baginya telah terjadi apa yang terjadi bagi manusia biasa. Serta Al Quran mengajak untuk menyembah Allah SWT saja.

Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah al Masih putera Maryam", padahal al-Masih (sendiri) berkata: "Hai bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: " bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepadaNya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Maidah: 72-74 ). Bahkan Allah SWT Yang Maha Pemurah juga membuka pintu taubat bagi orang-orang kafir yang telah demikian keji menyiksa kaum mu'mimin dan mu' minat, serta telah melemparkan kaum mu'minin itu ke dalam api yang panas:

"Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar. Ketika mereka duduk di sekitarnya. Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang beriman." (QS. al Buruj: 5-7.)

Allah SWT berfirman setelah menyebutkan kisah mereka itu, bahwa mereka membenci kaum mu'minin itu semata karena kaum mu'minin beriman kepada Allah SWT semata.
Allah SWT befirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mu'min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar." (QS. al Buruuj: 10).

Hasan al Bashri mengupas ayat ini: "lihatlah kedermawanan dan kemurahan Allah SWT ini: mereka membunuh para wali-Nya, dan Dia kemudian mengajak mereka itu untuk bertaubat dan meminta ampun kepada-Nya!."

Hingga kemurtadan --yaitu orang yang kafir setelah iman- taubat mereka masih dapat diterima. Allah SWT berfirman:

"Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjukki orang-orang yang zalim. Mereka itu balasannya ialah: Bahwasanya la'nat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) la'nat para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh, kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 86-89.)


[Read more...]

Wednesday, March 12, 2008

Kewajiban Bertaubat


Kewajiban Bertaubat.
Oleh Dr Yusuf Qardawi.

Taubat dari dosa yang dilakukan oleh seorang mu'min dan saat itu ia sedang berusaha menuju kepada Allah SWT, adalah kewajiban agama. Diperintahkah oleh Al Quran, didorong oleh sunnah, serta disepakati kewajibannnya oleh seluruh ulama, baik ulama zhahir maupun ulama bathin. Atau ulama fiqh dan ulama suluk. Hingga Sahl bin Abdullah berkata: Barangsiapa yang berkata bahwa taubat adalah tidak wajib maka ia telah kafir, dan barangsiapa yang menyetujui perkataan seperti itu maka ia juga kafir. Dan ia berkata: "Tidak ada yang lebih wajib bagi makhluk dari melakukan taubat, dan tidak ada hukuman yang lebih berat atas manusia selain ketidak tahunnya akan ilmu taubat, dan tidak menguasai ilmu taubat itu (Di sebutkan oleh Abu Thalib Al Makki dalam kitabnya Qutul Qulub, juz 1 hal. 179).


Taubat dalam Al Quran
Al Quran memberi perhatian yang besar terhadap taubat dalam banyak ayat-ayat yang tersebar dalam surah-surah Makkiah atau Madaniah. Kita akan membaca ayat-ayat itu nantinya, insya Allah.

"Bertaubatlah kepada Allah SWT dengan Taubat yang semurni-murninya".

Di antara perintah yang paling tegas untuk melaksanakan taubat dalam Al Quran adalah firman Allah SWT:

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS. At Tahrim: 8).

Ini adalah perintah yang lain dari Allah SWT dalam Al Quran kepada manusia untuk melakukan taubat dengan taubat nasuha: yaitu taubat yang bersih dan benar. Perintah Allah SWT dalam Al Quran itu menunjukkan wajibnya pekerjaan ini, selama tidak ada petunjuk lain yang mengindikasikan pengertian selain itu. Sementara dalam ayat itu tidak ada petunjuk yang lain itu. Oleh karena itu, hendaknya seluruh kaum mu'min berusaha untuk menggapai dua hal atau dua tujuan yang pokok ini. Yaitu:

Menghapuskan dosa-dosa Masuk ke dalam surga.

Seluruh individu muslim amat memerlukan dua hal ini:
Pertama: agar kesalahannya dihapuskan, dan dosa-dosanya diampunkan. Karena manusia, disebabkan sifat kemanusiaannya, tidak mungkin terbebas dari kesalahan dan dosa-dosa. Itu bermula dari kenyatan elemen pembentukan manusia tersusun dari unsur tanah yang berasal dari bumi, dan unsur ruh yang berasal dari langit. Salah satunya menarik ke bawah sementara bagian lainnya mengajak ke atas. Yang pertama dapat menenggelamkan manusia pada perangai binatang atau lebih buruk lagi, sementara yang lain dapat mengantarkan manusia ke barisan para malaikat atau lebih tinggi lagi.

Oleh karena itu, manusia dapat melakukan kesalahan dan membuat dosa. Dengan kenyataan itu ia memerlukan taubat yang utuh, sehingga ia dapat menghapus kesalahan yang diperbuatnya.

Kedua: agar ia dapat masuk surga. Siapa yang tidak mau masuk surga? Pemikiran yang paling berat menghantui manusia adalah: akan masuk kemana ia nantinya di akhirat. Ini adalah masalah ujung perjalanan manusia yang paling penting: apakah ia akan selamat di akhirat atau binasa? Apakah ia akan menang dan bahagia ataukah ia akan mengalami kebinasaaan dan penderitaan? Keberhasilan, kemenangan dan kebahagiaan adalah terdapat dalam surga. Sedangkan kebinasaan, kekecewaan serta penderitaan terdapat dalam neraka:

"Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" (QS. Ali Imran: 185.).

Bertaubatlah Kalian Semua Kepada Allah SWT, Wahai Orang-orang yang Beriman
Di antara ayat Al Quran yang berbicara tentang taubat adalah firman Allah:
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung" (QS. An-Nur: 31).

Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada seluruh kaum mu'minin untuk bertaubat kepada Allah SWT, dan tidak mengecualikan seorangpun dari mereka. Meskipun orang itu telah demikian taat menjalankan syari'ah, dan telah menanjak dalam barisan kaum muttaqin, namun tetap ia memerlukan taubat. Di antara kaum mu'minin ada yang bertaubat dari dosa-dosa besar, jika ia telah melakukan dosa besar itu. Karena ia memang bukan orang yang ma'shum (terjaga dari dosa). Di antara mereka ada yang bertaubat dari dosa-dosa kecil, dan sedikit sekali orang yang selamat dari dosa-dosa macam ini. Dari mereka ada yang bertaubat dari melakukan yang syubhat. Dan orang yang menjauhi syubhat maka ia telah menyelamatkan agama dan nama baiknya. Dan diantara mereka ada yang bertaubat dari tindakan-tindakan yang dimakruhkan. Dan di antara mereka malah ada orang yang melakukan taubat dari kelalaian yang terjadi dalam hati mereka. Dan dari mereka ada yang bertaubat karena mereka berdiam diri pada maqam yang rendah dan tidak berusaha untuk mencapai maqam yang lebih tinggi lagi.

Taubat orang awam tidak sama dengan taubat kalangan khawas, juga tidak sama dengan taubat kalangan khawas yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu ada yang mengatakan: "Kebaikan kalangan abrar adalah kesalahan orang-orang kalangan muqarrabin!" Namun, dalam ayat itu, semua mereka diperintahkan untuk melakukan taubat, agar mereka selamat.

Pengarang kitab Al Qamus memberikan komentar atas ayat ini dalam kitabnya (Al Bashair): Ayat ini terdapat dalam kelompok surah Madaniyyahh . Allah tujukan kepada kaum yang beriman dan kepada makhluk-makhluk-Nya yang baik, agar mereka bertaubat kepada-Nya, setelah mereka beriman, sabar, hijrah dan berjihad. Kemudian mengaitkan keberuntungan dengan taubat "agar kalian beruntung". Yaitu mengaitkan antara sebab dengan yang disebabkan. Dan menggunakan dengan 'adat' "la'alla" untuk memberikan pengertian pengharapan. Yaitu jika kalian bertaubat maka kalian diharapkan akan mendapatkan keberuntungan, dan hanya orang yang bertaubat yang berhak mengharapkan keberuntungan itu.

Sebagian ulama suluk berkata: Taubat adalah wajib bagi seluruh manusia, hingga bagi para nabi dan wali-wali sekalipun. Dan janganlah engkau duga bahwa taubat hanya khusus untuk Adam a.s. saja. Allah SWT befirman:

"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia, kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dam memberinya petunjuk" (QS. Thahaa: 121-122). Namun ia adalah hukum yang azali dan tertulis bagi umat manusia sehingga tidak mungkin dapat diterima sebaliknya. Selama sunnah-sunnah (ketentuan) Ilahi belum tergantikan. Maka kembali --yaitu dengan bertaubat-- kepada Allah SWT bagi setiap manusia adalah amat mendesak, baik ia seorang Nabi atau orang yang berperangai seperti babi, juga bagi wali atau si pencuri. Abu Tamam berkata:

"Jangan engkau sangka hanya Hindun yang berhianat, itu adalah dorongan peribadi dan setiap orang dapat berlaku seperti Hindun! Perkataan itu didukung oleh hadits:

"Seluruh kalian adalah pembuat salah dan dosa, dan orang yang berdosa yang paling baik adalah mereka yang sering bertaubat". Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dari Anas. Juga taubat itu adalah wajib bagi seluruh manusia. Ia wajib dalam seluruh kondisi dan secara terus menerus. Pengertian itu dipetik dari dalil yang umum, Allah SWT berfirman: " dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah". Karena manusia tidak mungkin terbebaskan dari dosa yang diperbuat oleh anggota tubuhnya. Hingga para nabi dan orang-orang yang saleh sekalipun. Dalam Al Quran dan hadits disebutkan tentang dosa-dosa mereka, serta taubat dan tangisan sesal mereka.

Jika suatu saat orang terbebas dari maksiat yang dilakukan oleh tubuhnya, maka ia tidak dapat terlepas dari keinginan berbuat maksiat dalam hatinya. Dan jikapun tidak ada keinginan itu, dapat pula ia merasakan was-was yang ditiupkan oleh syaitan sehingga ia lupa dari dzikir kepada Allah SWT. Dan jika tidak, dapat pula ia mengalami kelalaian dan kurang dalam mencapai ilmu tentang Allah SWT, sifat-sifat-Nya serta perbuatan-perbuatan-Nya. Semua itu adalah kekurangan dan masing-masing mempunyai sebabnya. Dan membiarkan sebab-sebab itu dengan menyibukkan diri dengan pekerjaan yang berlawanan berarti mengembalikan diri ke tingkatannya yang rendah. Dan manusia berbeda-beda dalam kadar kekurangannya, bukan dalam kondisi asal mereka (Lihat: Syarh Ainul Ilmi wa Zainul Hilm, juz 1 hal. 175. Kitab ini adalah mukhtasar (ringkasan) kitab Ihya Ulumuddin).


[Read more...]

Monday, March 10, 2008

Rumahtangga Islam.

Rumahtangga Islam Pencetus Generasi Perjuangan

Oleh: Mustaffa Masyhur

Memperbaiki diri sendiri dan menyeru orang lain kepada Allah, merupakan dua kewajipan asasi di atas jalan dakwah wajib kepada setiap muslim lelaki dan wanita.Di samping dua kewajipan itu timbul lagi satu kewajipan yang tidak kurang pentingnya. Iaitu menegakkan rumahtangga muslim. Individu muslim itu adalah seorang lelaki aqidah yang wajib dipersiapkan untuk menjadi Muslim yang sejati yang menjadi contoh Islam yang sahih dan teladan yang patut di ikuti.



Kita sangat memerlukan rumahtangga muslim yang menjadi contoh sebagai tiang yang kuat di dalam pembangunan masyarakat Islam. Usrah muslim, keluarga muslim mempunyai peranan yang penting di dalam kekuatan dan kepaduan masyarakat ataupun perpecahan dan kemusnahannya. Rumahtangga itu adalah merupakan pangkuan atau sarang bagi tunas-tunas baharu yang dididik dan dibentuk di masa pembentukan dan persediaan. Rumahtangga lah yang bertanggungjawab mencetak dan membentuk keteguhan peribadi anak-anak yang akan mencorakkan hidup mereka.

Rasulullah s.a.w. bersabda:

Setiap anak itu dilahirkan di atas fitrahnya-kejadian yang suci dan ibu bapanya lah yang menjadikan Yahudi atau menjadikannya Kristian ataupun menjadikannya Majusi¡¨

Hadis Rasulullah s.a.w. berkenaan dengan pembangunan rumahtangga, tidak dapat dibicarakan hanya dengan satu makalah atau dua makalah sahaja akan tetapi perlulah kita merujuk kepada kitab-kitab dan karangan-karangan yang telah mengupas perkara yang penting itu Cukuplah di sini kita menerangkan sepintas lalu serba sedikit mengenainya supaya kita mendapat faedah daripadanya.

A: Pemilihan:

Saudara muslim dan saudari muslimah yang mahu memperbaiki diri dan menyeru orang lain kepada Allah, wajib lah ke atas keduanya, masing-masing memilih pasangannya. Putera Islam mencari puteri Islam untuk menjadi isterinya yang salihah. Puteri Islam mencari putera Islam untuk menjadikan suaminya yang salih, sebagai kongsi hidup suami isteri.

Dari awal-awal lagi hendaklah mereka ini membangunkan keluarga muslim yang diasaskan di atas dasar takwa. Saudara muslim yang sejati wajib mencari puteri Islam yang sejati dan memilih yang beragama, yang memahami tugas dan risalahnya di dalam hidup ini, menjadikan pasangan hidupnya sebaik-baik penolong di atas jalan dakwah, sentiasa mengingatkannya apabila dia lupa sentiasa memberi perangsang dan tidak menghalangi nya, memelihara dirinya di waktu ghaibnya sekalipun bagaimana lamanya dan mendidik serta membentuk anak-anaknya menurut bentuk Islam yang sebenar-benarnya.

Demikian juga puteri Islam yang sejati, tidak wajar dan tidak patut menerima sebarang jejaka untuk menjadi pasangan hidupnya kecuali seorang muslim yang sejati yang menjadi pendukung dakwah Islam. Iaitu seorang penganut aqidah yang sahih yang bertakwa kepada Allah.

Si isterinya pula dapat menolongnya untuk taat setia kepada Allah dan mencapai keredhaan Allah. Dengan cara yang demikian kita telah berjaya membangunkan sebuah keluarga Islam yang akan menjadi markas dakwah dan jihad Islam. Rasulullah s.a.w. telah mengarahkan kita kepada yang demikian dengan sabda baginda:

”Wanita itu dinikahi kerana empat perkara: kerana hartanya, kerana tarafnya, keturunannya dan pangkatnya, kerana kecantikannya dan kerana agamanya. Maka hendaklah kamu mengambil wanita yang beragama supaya kamu berbahagia".

Oleh kerana itu Rasulullah (s.a.w.), tidak mengakui hak wali yang menikahkan puterinya dengan seorang lelaki yang tidak di sukai oleh puterinya. Ini memberi peluang kepada puteri Islam untuk memilih suami yang salih. ( didalam keadaan yang menepati syarat-syarat nya)

B: Beriltizam Dengan Batas-Batas Islam:

Kita mahukan supaya hukum-hukum Islam dan adab-adabnya mampu mengawal dan menguasai setiap tahap dan peringkat pembangunan rumahtangga muslim. Sama ada dari peringkat pinangan, akad nikah, mempersiapkan rumahtangga sepasang suami isteri, masa pengantin baharu atau berbulan madu mestilah jauh dari segala adat lapuk, pusaka usang jahiliah yang rosak.

Sama ada jahiliah lama atau baru, yang bertentangan dengan syariat Allah Taala atau pun yang menjadi rintangan di jalan perkahwinan yang kadang-kadang menghalang langsung untuk terlaksananya perkahwinan.

Mengapakah tidak di laksanakan akad-nikah itu di Masjid? Di dalam udara yang bersih dan luas yang jauh dari segala sikap menunjuk-nunjuk dan adat-adat buruk? Berbelanja berlebih-lebihan dan boros yang bertentangan dengan syariat Islam? Cadangan itu adalah wajar.

Akad nikah di dalam Mesjid tidak di gemari oleh manusia sebagaimana dulu mereka tidak menggemari fesyen pakaian Islam. Tetapi kalau kita bersungguh-sungguh mendesak dan bertegas untuk melangsungkan juga akad nikah itu di dalam mesjid, lama kelamaan ia akan menjadi perkara yang di sukai oleh manusia dan akan menjadi perkara biasa. Sebagaimana fesyen pakaian Islam menjadi perkara lumrah dan di sukai oleh manusia. Sesungguhnya itu lah pertentangan di antara kemuliaan dan kehinaan.

Kalau kita berpegang teguh dengan kemuliaan dan adab-adab Islam, kita akan berjaya menegakkan dan menanamkan keperibadian Islam yang kita cita-citakan ke atas manusia.

C: Kebahagiaan Rumahtangga Yang Di Cita-Citakan:

Apabila telah selesai pemilihan yang berasaskan agama telah sempurnalah langkah-langkah yang menuju ke alam perkahwinan sesuai dengan ajaran Islam.

Mulalah kita membangunkan rumahtangga muslim di atas asas yang teguh yang akan merealisasikan kemantapan, ketenangan dan kebahagiaan yang sejati yang selama ini dicari-cari oleh beberapa banyak keluarga pada zaman ini. Kebahagiaan itu bukan dari luar diri, tidak pula dapat dicari dengan harta, tempat kediaman, pakaian dan dengan segala perhiasan rumahtangga.

Tetapi kebahagiaan itu diperolehi dari dalam diri sendiri, dari perasaan takwa kepada Allah, kerana Allah lah yang mengurniakan kebahagiaan, yang memberi mawaddah dan rahmah cinta dan kasih sayang di antara suami isteri.Benarlah Allah yang Maha Agung yang telah berfirman:


وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا

وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, bahawa Ia menciptakan untuk kamu, isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dengannya, dan dijadikan di antara kamu perasan kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan bagi orang yang berfikir” (Ar-Rum: 21)

Kita tidak memandang kebahagiaan itu di dalam harta yang banyak, akan tetapi orang yang bertakwa itulah orang yang berbahagia.

D: Perkahwinan Itu Ibadat:

Risalah dan tugas kita di dalam hidup ini ialah beribadat kepada Allah Taala. Jadi kita mestilah berusaha menjadikan segala urusan hidup kita sebagai ibadat kepada Allah Taala. Kita jadikan segenap kehidupan hidup sebagai alat untuk kita menghampirkan diri kepada Allah. Kita pergunakan hidup kita dengan segala kemudahan yang ada untuk menolong kita beribadat kepada Allah.

Amal dan nikah kahwin dan mendidik anak-anak dan lain-lain lagi yang merangkumi segala kegiatan hidup kita semuanya itu merupakan ibadat kepada Allah, untuk menghampirkan diri kepada Allah, selagi dibuat kerana mengharap keredhaan Allah dan menjauhi apa yang dimurkai Allah.

Oleh itu putera puteri Islam, mestilah memandang urusan perkahwinan mereka sebagai ibadah mereka kepada Allah apabila diurus menurut hukum Allah. Kedua-dua pihak mengharap keredhaan dan ganjaran Allah. Oleh
kerana itu kedua belah pihak mestilah mengetahui ajaran-ajaran dan adab-adab Islam, hak-hak dan kewajipan suami-isteri rumahtangga dan keluarga, bersungguh-sungguh melaksanakan tugas masing-masing dan beriltizam dengan adab-adab itu. Tolong menolong ke arah kebaikan, menuju takwa dan ke arah taat kepada Allah di dalam pergaulan mereka. Harga menghargai, hormat-menghormati dan kasih sayang di antara keduanya Semuanya itu mesti di atur menurut syariat Islam. Benarlah Rasulullah s.a.w tatkala bersabda yang bermaksud:

" Semuga Allah memberi rahmat kurnia kepada lelaki yang bangun di tengah malam lalu dia sembahyang dan membangunkan isterinya, maka sekiranya enggan juga bangun untuk bersembahyang, dia merenjiskan air ke mukanya. Semuga Allah memberi rahmat kurnia kepada wanita yang bangun di tengah malam lalu bersembahyang dan membangunkan suaminya. Maka jika dia enggan, dia merenjiskan air ke mukanya."
(Riwayat Abu Daud dengan Isnad yang sahih)


E: Perkahwinan Itu Saling Percaya Mempercayai:

Apabila telah wujud suasana saling percaya mempercayai, cinta mencintai, di antara suami isteri, lahirlah kebahagiaan dan kepuasan jiwa di dalam rumahtangga mereka. Rumahtangga mereka menjadi rumahtangga muslim yang bahagia dalam kebahagiaan yang sejati selagi ianya diatur menurut peraturan syariat Islam. Hapuslah segala prasangka hilanglah segala keraguan. Tidak ada lagi kata mengata, tuduh menuduh
dan ke pura-puraan.

Kebahagiaan yang sedemikian rupa tidak akan wujud kecuali di bawah naungan takwa kepada Allah dan mencintai Allah di waktu terang-terangan dan rahsia di waktu ghaib dan waktu syahadah. Lantaran itu tenteramlah jiwa suami dan ia berpuas hati kepada isterinya dan yakinlah ia bahawa isterinya hanyalah untuk dirinya sendiri sahaja, yang memelihara diri walaupun beberapa lamanya ia terpisah dari isterinya. Demikian juga sikap isterinya terhadap suaminya dibaluti dengan sepenuh kepercayaan itu. Di dalam suasana bahagia yang demikian, syaitan dari bangsa jin dan manusia tidak mempunyai jalan untuk mengganggu dan menggoda keduanya.

F: Perkahwinan Sebagai Syarikat Yang Dipimpin Oleh Suami:

Apabila kehidupan rumahtangga suami isteri dibangunkan di atas dasar kerjasama, di atas syura', tolong menolong, cinta mencintai, di bawah pimpinan suami sebagai pihak yang bertanggungjawab, yang mempunyai kata dan kuasa pemutus. Inilah yang mendorong dan menolong melahirkan kemantapan, keteguhan, kerukunan dan kebahagiaan rumahtangga dan keluarga yang selama ini diimpikan dan diidamkan oleh manusia di seluruh dunia. jika masih terdapat kepincangan di dalam pertimbangan ini, maka tidak akan wujud satu kemantapan dan kebahagiaan. Benarlah Allah Taala di dalam firmanNya:



وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ

وَاللّهُ عَزِيزٌ حَكُيمٌ

”Dan isteri-isteri itu ada hak yang sama seperti kewajibannya secara yang sepatutnya; dan suami mempunyai satu kelebihan atas isterinya. Dan (ingatlah), Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana". (Al-Baqarah : 228)

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى

بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ


”Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kuam wanita, kerana Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan juga kerana mereka (laki-laki) telah menafkahkan harta mereka”. (An-Nissa': 34)

Lantaran itu sempurnalah pentadbiran urusan rumahtangga dan pertimbangannya di dalam suasana penuh kerjasama, tanggungjawab dan syura di dalam batas-batas ajaran Islam.

Tidak lagi wujud keborosan dan kebakhilan kerana semuanya berada di dalam udara Qana'ah (berpuas hati dengan apa yang ada), redha dan yakin bahawa dunia ini bukanlah negara Janatunna'im. Lihatlah rumahtangga Rasulullah s.a.w kadang-kadang berlalu sebulan demi sebulan, pernah dapurnya tidak berasap kerana tidak ada bahan makanan yang dapat dimasak. Walaupun demikian susahnya, rumahtangga Rasulullah s.a.w tetap
menjadi rumahtangga yang paling bahagia yang tidak ada tolak bangingnya hingga ke hari ini.

G: Perkahwinan Adalah Tanggungjawab Dan Amanah

Suami isteri mestilah menyedari dan merasai bahawa mereka memikul amanah dan tanggungjawab. Tiap-tiap orang dari kamu adalah pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Maka hendaklah kamu bertakwa kepada Allah di dalam perkara yang dipertanggungjawabkan dan diamanahkan kepada kamu. Benarlah Allah yang berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ

وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ

وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ


”Wahai orang yang beriman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu api Neraka yang bahan bakarannya manusia dan batu; Penjaganya malaikat-malaikat yang keras kasar; tidak menderhaka kepada Allah dalam segala yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan mereka pula tetap melakukan segala yang diperintahkan”. (At Tahrim : 6)

Rasulullah s.a.w bersabda:

” Orang yang paling baik di kalangan kamu adalah yang paling baik kepada ahlinya dan akulah yang paling baik di kalangan kamu terhadap ahlinya".

Kita sentiasa memerlukan pertimbangan yang waras demi pemeliharaan itu, sebagai contoh, kita biasa memberi perhatian yang berlebihan apabila salah seorang dari anggota keluarga kita jatuh sakit. Tetapi perhatian
yang sewajarnya tidak diberikan terhadap salah seorang anggota keluarga yang mencuaikan hak Allah ataupun menyalahi ajaran Islam padahal itulah yang paling utama diperhatikan dan diubati.

H: Rumahtangga Muslim Merupakan Risalah:

Sebagaimana kita menghendaki bentuk yang benar dan hidup bagi Islam dari seorang muslim yang benar aqidahnya, yang benar ibadatnya, yang benar akhlaknya, yang benar sikap dan yang benar segala tindak tanduk
dan perkataannya, demikian juga kita menghendaki rumahtangga muslim itu supaya menjadi pusat perlaksanaan segenap ajaran Islam di dalam hidup
berkeluarga dengan perlaksanaan yang selamat sejahtera dan teliti.

Kita ingin melihat suami muslim yang memikul tanggungjawabnya terhadap rumahtangganya menurut ketentuan Islam. Kita mahu melihat bapa muslim yang memelihara anak-anaknya dengan adab-adab Islam, memberi kefahaman Islam yang sejati kepada mereka dan mengawasi mereka di segala peringkat hidup mereka. Kita hendak melihat isteri yang muslimah yang menjadikan rumahtangga sebagai taman sari yang memuaskan dan menggembirakan suaminya.,


Di dalamnya terdapat hiburan dan keberkatan jauh dari kepayahan dan penat lelah perjuangan dan menolong suaminya mentaati Allah Ta'aala. Alangkah indah dan hebatnya kata-kata yang diucapkan oleh seorang isteri kepada suaminya tatkala dia keluar dari rumahnya waktu pagi:

" Bertaqwalah kepada Allah di dalam urusan kami dan janganlah kekanda memberi kami makanan kecuali yang halal dan baik-baik sahaja".

Kita ingin melihat di dalam rumahtangga muslim ini, ibu muslim yang memelihara anak-anaknya dan membentuk mereka menurut bentuk Islam kerana dialah yang sentiasa berdamping dengan mereka. Inilah risalah,amanah dan tugas para wanita dan isteri yang paling penting yang selama ini cuba dihapuskan oleh musuh-musuh kemanusiaan. Mereka cuba menyelewengkan fakta-fakta ini dari para isteri dengan berbagai-bagai
pembohongan dan penipuan dengan tujuan untuk merobohkan bangunan masyarakat.

Kita ingin melihat di dalam rumahtangga muslim itu, putera puteri Islam yang sejati yang memperhambakan diri mereka kepada. Tuhan. Mereka taat setia kepada Allah, berbuat baik dan berjasa kepada ibu bapa. Mereka bergaul dengan sahabat-sahabat mereka menurut adab-adab Islam dan tidak lahir dari mulut mereka sepatah perkataan dan sebarang perbuatan yang bertentangan dengan Islam.

Kita mengingini rumahtangga muslim yang memelihara hubungan silaturahim, yang sentiasa mengambil berat urusan kerabat dan menyempurnakan hak-hak mereka. Kita hendak melihat rumahtangga dan keluarga muslim menjadi satu bentuk yang ulung di mana Islam telah terpahat kukuh di dalam diri mereka. Mereka bergaul baik dengan
khadam mereka, di mana khadam mereka makan apa yang mereka makan dan berpakaian seperti apa yang mereka pakai dan tidak membebankan sesuatu bebanan di luar kemampuannya. Apabila mereka membebankan sesuatu di luar kemampuannya, mereka menolongnya.

Kita ingin melihat dari rumahtangga muslim itu satu bentuk yang unik sebagaimana yang telah digariskan oleh Islam tentang berbuat baik di dalam bermuamalah dengan jiran. Mereka menyempurnakan hak jiran sebagaimana peranan Rasulullah s.a.w.

Kita menghendaki rumahtangga muslim yang melahirkan contoh teladan yang baik di segala jurusan hidupnya. Dengan fesyen pakaiannya yang Islami, makanan yang halal, minuman yang halal, akhlak yang mulia, sikapnya yang Islami, gaya yang Islami di segala adat dan tradisi di waktu suka dan duka Mereka menjauhi segala unsur-unsur jahiliah, adat-adat dan tradisi jahiliah yang di import dari luar.

Kita tidak mahu melihat dari golongan sahib-ad-dakwah yang menyeru manusia kepada Allah, yang berjalan di atas jalan dakwah melakukan sebarang kecuaian atau kelalaian di dalam melahirkan serta membina anggota-anggota keluarganya dengan ajaran Islam di dalam sebarang jurusan hidup keluarganya. Sesungguhnya orang yang lemah dalam memimpin rumahtangganya, tidak akan mampu memimpin orang lain apatah lagi rumahtangga orang lain.


I: Rumahtangga Muslim Sebagai Markas Memancarnya Cahaya:

Rumahtangga muslim yang sejati menurut tabiat dan lojiknya mesti menjadi markas dakwah Islam. Setiap anggota keluarga yang aqil baligh wajib menjadi sahibud-dakwah, pendukung dakwah, menyeru rumahtangga dan keluarga di sekitarnya kepada Allah dengan penuh kesabaran, dengan hikmah dan nasihat yang baik.

Isteri yang salihah berkemampuan menarik hati jiran-jiran dengan dakwah kepada Allah. Kehadiran mereka merubah majlis-majlis yang dikuasai oleh umpat mengumpat dan sia-sia menjadi majlis-majlis ilmu dan pelajaran dan ke arah memahami urusan agama.

Bidang dakwah Islamiah sangat memerlukan saudari muslimat yang menyeru manusia kepada Allah, supaya memainkan peranannya di kalangan puteri bangsanya. Sesungguhnya wanita hari ini, kecuali yang telah mendapat taufik Allah, telah dijadikan boneka oleh musuh-musuh Islam untuk meruntuhkan dirinya dan memusnahkan manusia. Tetapi kita hendaklah menjadikannya sebagai wanita yang salihah yang turut bersama kita untuk memperbaiki yang rosak dan membangunkan yang maaruf dan merobohkan yang mungkar dan menghapuskan yang batil menyokong kemuliaan dan memerangi kehinaan.

Kita menghendaki rumahtangga muslim itu sebagai rumah cahaya yang memberi hidayah dan petunjuk kepada orang-orang yang bingung dan sesat di sekitarnya. La menghapuskan, memusnahkan segala kegelapan di sekelilingnya dan menyinari jalannya untuk di lalui oleh mereka. Maka dengan bertambahnya rumah-rumah muslim seperti ini akan sambung menyambunglah daerah-daerah dan bercahaya dan bercantum di antara satu sama lain sehingga mampu menyinari masyarakat.

Maka dengan demikian keperibadian Islam berkemampuan menyinari masyarakat dan memimpin nya di bawah naungan Islam. Lantaran itu kemuliaan mudah dikembang-biakkan dan kejahatan mudah dihapuskan. Baharulah mudah dibentuk dasar dan asas keimanan, yang bersih yang mantap sebagai asas bangunan Islam dan pemerintahan Islam dan seterusnya al-khilafah-al- Islamiah alamiah.

Untuk itu, saudara saudari putera puteri Islam harus dan patut bersungguh-sungguh dan bersegera membangunkan rumahtangga muslim yang misali yang menjadi model Islam yang sejati untuk menjadi contoh teladan kepada generasi baharu. Ini adalah satu langkah yang penting dan asasi di jalan dakwah Islam. Mohonlah pertolongan dari Allah supaya Allah mudahkan dan jangan menyusahkan.


TEGAKKANLAH RUMAH TANGGA MUSLIM
Jalan Dakwah
Mustaffa Masyhur

[Read more...]

Thursday, March 6, 2008

DOA TUAN GURU

"Wahai Tuhan Kami, berilah kami perasaan takut kepadamu yang dapat menghalang kami dari kemaksiatan dan berilah kami ketaatan kepadaMu yang menyampaikan kami ke syurgaMu, dan berilah keyakinan yang memudahkan kami menghadapi bencana di dunia."

"Wahai Tuhan kami berilah kami kenikmatan pendengaran, penglihatan dan kekuatan tubuh badan selama hidup kami dan jadikanlah dia mewarisi kami dan berilah pembalasan kepada orang yang menzalimi kami. Dan tolonglah kami terhadap orang yang memusuhi kami. Dan janganlah Engkau jadikan bencana bagi kami dalam ugama kami dan janganlah jadikan keduniaan sebesar-besar cita-citanya dami dan tidak sampai batasan ilmu kami. Dan janganlah Engkau biarkan orang yang tidak menaruh kasihan balas terhadap kami, dapat menguasai ke atas kami."

"Wahai Tuhan kami, kami pohon perlindungna dengan nur kesucian Engkau dan berkat kebersihan dan keagungan sifat jalal Engkau, dari setiap yang datang waktu malam kecuali yang datang dengan baik." "Wahai Tuhan kami, Engkaulah penolong kami, maka kepada Engkau kami mohon pertolongna. Wahai Tuhan kami, Engkaulah tempat kami menyelamatkan diri, maka kepada Engkaulah kami pohon selamat. Wahai Tuhan bagilah kelemahan dan kehinaan segala tengkuk pembesar dunia."

"Dan selamatkan kami dari penghinaan dan hukuman siksaMu, ketika malam atau siang, ketika kami tidur atau berada di suatu tempat. Tiada Tuhan bagi kami melainkan Engkau demi kebesaran wajah Engkau dan kemuliaan kesucian Engkau, hindarkanlah kami dari segala kejahatan hamba-hamba Engkau, berilah kemudahan kepada kami dengan limpah kurnia dari Engkau wahai Tuhan yang maha pemurah."

"Wahai Tuhan sama ada Engkau lembutkan hati-hati mereka untuk kami sebagaimana kamu lembutkan besi untuk Nabi Daud, dan kamu menundukkan mereka seperti seperti kamu tundukkan bukit bukau, gunung ganang untuk Nabi Sulaiman atau pun kamu lipat balik rancnagan jahat mereka supaya berpatah balik ke atas mereka sendiri , dan kamu hancur leburkan pakatan mereka dan kacau bilaukan kumpulan mereka dan goncangkan pendirian mereka dan Ya Allah turunkan bendera mereka rapat ke bumi, Wahai Tuhan yang tetap hidup yang mentadbir urusan makhluknya, Wahai Tuhan yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, sesungguhnya Engkau berkuasa di atas tiap-tiap sesuatu."

"Ya Allah Tuhan kami, limpahkanlah rahmat ke atas junjungna kami Nabi Muhammad S.A.W yang dengannya dapat mengubati hati dan menjadikan penawar, menyihatkan badan yang menyembuhkannya, menjadi cahaya bagi pandangan mata dan menyinarkannnya dan limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada keluarga dan para sahabat baginda sekalian.



[Read more...]

ISLAM MEMBENCI RASUAH.



Daripada Abu Hurairah RA. ia telah berkata: “Rasulullah SAW telah mengutuk orang yang memberi rasuah dan orang yang menerima rasuah dalam soal hukum- menghukum”.

Perbuatan rasuah ini adalah perbuatan yang sangat keji dan berdosa. Mereka yang terjebak dalam budaya rasuah akan memperoleh balasan neraka yang sangat pedih.


Rasulullah SAW telah bersabda yang bermaksud :

“ Pemberi dan penerima rasuah kedua-duanya akan masuk neraka”.

Allah telah berfirman dalam al-Quran yang bermaksud:

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antaranya kamu dengan jalan yang batil (tiada hal) dan (jangan) kamu bawa kepada hakim, supaya dapat kamu memakan sebahagian harta orang yang berdosa sedang kamu mengetahuinya”. (al-Baqarah : 188)

Perbuatan rasuah ini dikutuk dengan kerasnya oleh Allah SWT sebagaimana dinyatakan dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ahmad yang bermaksud :

“Allah SWT melaknat orang yang memberi rasuah dan penerima rasuah serta orang yang memberikan jalan terhadap kedua-duanya”.

Berdasarkan dalil-dalil diatas jelas membuktikan Islam melarang perbuatan keji ini. Kutukan itu bukan sahaja terbatas kepada penerima malah pemberi dan sesiapa juga yang bersubahat melicinkan kegiatan rasuah ini.
Antara punca berlakunya rasuah ialah :

a) Kelemahan peribadi seperti kurang iman dan takwa. Seseorang itu tahu bahawa rasuah dilarang oleh agama dan undang-undang, tetapi dilakukan juga dengan seribu satu alasan peribadi. Sikap mahu hidup mewah, riak, menunjuk-nunjuk, tamak, ingin cepat kaya dan sebagainya adalah pendorong berlakunya rasuah bagi mereka yang lemah keperibadiannya.

b) Kelemahan kepimpinan dan pengurusan organisasi. Kepimpinan yang lemah menyebabkan kurangnya penyeliaan, tiada pemantauan, lembap menjalankan tugas dan terbuka kepada penyelewengan khususnya rasuah.

c) Sosial dan budaya. Masyarakat majmuk di Malaysia mengamalkan tradisi memberi hadiah dalam bentuk wang dan benda, sempena menyambut hari-hari kebesaran hari perayaan, majlis hari jadi, hari perkahwinan dan sebagainya. Hari yang baik ini memberi kesempatan kepada perasuah dan penerima rasuah melakukan rasuah sama ada diminta, disogok atau diumpan tanpa disedari.

d) Modenisasi. Pembangunan sosial ekonomi yang tidak diseimbangkan dengan pembangunan kerohanian akan memudahkan terjadinya rasuah. Projek pembangunan bercambah,.pengaliran wang juga akan meningkat. Golongan yang terlibat mengambil kesempatan untuk mengaut untung sebanyak-banyaknya. Perlumbaan memperlihatkan para kontraktor berlumba-lumba mendapatkan tender. Mereka juga akan berusaha untuk memenangi hati pegawai pengurusan atau pembuat keputusan. Rasuah diberikan sebagai jalan pintas untuk mendapatkan tender, mempercepatkan bayaran, melepaskan hukuman atau tindakan jika gagal atau lambat menyiapkan projek dan sebagainya.

e) Politik. Sesetengah ahli politik menerima dan memberi rasuah yang dipanggil “wang politik” untuk mendapatkan kuasa, memenangi pemilihan jawatan politik, mengumpul kekayaan, menagih populariti dan sebagainya.

Perbincangan mengenai rasuah adalah penting kerana kegiatan rasuah akan melumpuhkan fungsi perjalanan sesuatu kerajaan. Kemajuan sesebuah negara bergantung kepada cerdik pandai dan profesional yang ada. Kegiatan rasuah akan hanya menghakis kepercayaan orang awam terhadap cerdik pandai negara kita.



Selain itu pemerintahan menjadi lemah kerana setiap kali rasuah berlaku, maka pemerintah kehilangan hasil atau tergelincir daripada tindakan-tindakan yang sepatutnya. Umpamanya jika cuai terhadap sesuatu yang telah ditentukan, maka pemberian rasuah telah menggantikan wang cukai yang sepatutnya dikutip dan manfaatnya hanya dinikmati oleh segelintir pemberi rasuah.

Kesan yang paling besar daripada gejala rasuah ini ialah akan menyebabkan pentadbiran sesebuah negara menjadi kucar-kacir. Akibatnya, ia menimbulkan masalah lain seperti kemerosotan ekonomi, pengabaian kepentingan masyarakat dan sebagainya. Budaya rasuah yang tidak terbendung boleh menghancurkan pentadbiran dan pemerintahan sesebuah Negara. Kesan yang lebih mencemaskan lagi apabila pihak kerajaan sendiri mengizinkan penipuan dan merelakan rasuah terkutuk ini. Untuk mengelabukan mata rakyat, Suruhanjaya Diraja, Polis, Tentera dan lain-lain badan kerajaan digunakan dengan beralasan serta berselindung disebalik keselamatan Negara, menjaga ketenteraman awam dan sebagainya. Matlamat kepada agenda penipuan dan rasuah ini hanyalah demi menjaga kepentingan peribadi pihak individu-individu pemerintah.

Rasuah merupakan satu tindakan pemerasan dengan tujuan untuk mendapatkan pertolongan dan faedah dirinya sendiri. Ini kerana apabila melalui prosedur-prosedur biasa, dia tidak akan memperoleh apa-apa yang dikehendakinya itu. Secara amnya rasuah bermakna kuasa yang telah diberikan kepadanya disalahgunakan dan bertindak untuk kebaikan diri sendiri dan bersikap ‘pilih kasih’ dalam tindakannya.

Perkataan rasuah berasal daripada perkataan Arab “al-risywah”. Di dalam al-Quran, rasuah digolongkan dalam kata umum batil, iaitu meliputi juga perkataan jenayah lain seperti merompak, menipu dan memeras ugut.

Biasanya, rasuah dijadikan sebagai salah satu jalan pintas seseorang untuk mengecapi kehidupan mewah atau dengan erti kata lain mahu menjadi kaya dalam masa singkat. Kebiasaannya orang yang melakukan budaya ini tidak memikirkan kesan buruk yang akan terjadi, sebaliknya mereka hanya memikirkan keuntungan kepada diri mereka.

Definisi rasuah (bahasa Latin: corruptio daripada kata kerja corrumpere = busuk, rosak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok) menurut Transparency International ialah perilaku di jabatan-jabatan atau pejabat-pejabat awam, termasuklah para politikus dan pegawai-pegawai, yang secara tidak wajar dan tidak sah/menurut undang-undang, mengayakan diri atau memperkaya kerabatnya (keroni - keluarga dan sahabat handai), dengan menyalahgunakan kuasa dan kepercayaan awam yang diberi kepada mereka.
Dari sudut undang-undang, perbuatan rasuah mencakupi:
• melanggar undang-undang yang dikuatkuasakan.
• penyalahgunaan harta negara.
• merugikan negara
• memperkaya diri sendiri dan kerabat.
Dalam skop yang luas, rasuah "politik" bermaksud penyalahgunaan jawatan awam untuk kepentingan peribadi. Bentuk rasuah yang ringan adalah dalam penggunaan pengaruh dan sokongan untuk memberi dan menerima pertolongan, hingga kepada rasuah yang sudah dianggap satu "prosedur rasmi", dan sebagainya. Kemuncak segala rasuah ialah satu keadaan yang digelar pemerintahan oleh para pencuri; iaitu berpura-pura bertindak jujur.
Rasuah yang wujud dalam bidang politik dan pentadbiran/birokrasi mungkin berbentuk sama ada ringan atau berat, terancang atau tidak. Rasuah tidak sekadar memudahkan atau menggalakkan jenayah seperti pelacuran, pemalsuan wang, cetak rompak, dan penyeludupan.
Sebagai umat Islam, keredhaan dan keberkatan daripada Allah SWT harus dititikberatkan dalam apa juga urusan.


[Read more...]

Wednesday, March 5, 2008

HARAM BERSALAM DENGAN BUKAN MUHRAM

Memberi salam dan bersalam digalakan oleh Islam, merupakan satu perbuatan yg memang mulia dan dapat mengeratkan ukhwah antara manusia. Adat ini telah diamalkan oleh orang Islam sejak zaman dahulu lagi.

Namun, bersalam ini ada peraturan dan batasnya. Islam melarang bersentuhan kulit antara lelaki dan perempuan yang bukan muhram. Hal ini membuktikan bahawa persalaman antara lelaki dan perempuan yang tidak mahram adalah haram, terlarang dan keji.

Di dalam mesyuarakat sekular Melayu hari ini, apabila ada orang yang tidak mahu bersalam dengan sesaorang ajnabi (asing), dianggap berlagak dan penyokong kepada parti politik tertentu. Ini adalah pandangan yang pelik dan menyeleweng daripada ajaran Islam. Kita sebagai pengikut Islam yang benar dan asli mestilah menghayati Islam sebagai cara hidup harian di setiap bidang dan lapangan termasuk bidang politik.

Dalam konteks pemimpin Malaysia yang mengaku berugama Islam, didapati tanpa segan silu bersalam dengan orang ajnabi maskipun di atas pentas keramaian dan di hadapan lensa camera TV yang disiarkan keseluruh dunia, sedangkan perkara haram tetap haram. Apabila ditegur, walaupun datangnya dari mufti, dikatakan pula sebagai anti-perpaduan dan mufti itu atau mana-mana pihak yang menegur kesalahan ini akan dipecat dari jawatan mereka atau diambil tindakan undang-undang biasanya atas isu menghasut. Kepada orang yg masih lena, buanglah akal dan kerja-kerja jahiliah ini sebelum nyawa terkeluar daripad halkum. Ingatlah setiap amalan yang dilakukan ada malaikat yang mencatitnya dan akan dibentangkan kembali secara detil di hadapan Allah di hari akhrat nanti.

Pintu taubat dibuka Allah seluas-luasnya, bertaubatlah sebelum terlewat.


[Read more...]